Tuesday, December 8, 2020

Cium Tangan Kiai Bidah?

Bagaimana hukum cium tangan kiai atau biasa disebut sungkem? apakah Rosul pernah mencontohkan?

Cium Tangan Kiai Bidah?

Dalam salah satu hadits disebutkan:

Dari SHAFWAN BIN 'ASSAL Radhiallahu 'anhu, dia menceritakan :


 قَالَ يَهُودِيٌّ لِصَاحِبِهِ اذْهَبْ بِنَا إِلَى هَذَا النَّبِيِّ فَقَالَ صَاحِبُهُ لَا تَقُلْ نَبِيٌّ إِنَّهُ لَوْ سَمِعَكَ كَانَ لَهُ أَرْبَعَةُ أَعْيُنٍ



فَأَتَيَا رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَسَأَلَاهُ عَنْ تِسْعِ آيَاتٍ بَيِّنَاتٍ فَقَالَ لَهُمْ :


لَا تُشْرِكُوا بِاللَّهِ شَيْئًا وَلَا تَسْرِقُوا وَلَا تَزْنُوا وَلَا تَقْتُلُوا النَّفْسَ الَّتِي حَرَّمَ اللَّهُ إِلَّا بِالْحَقِّ وَلَا تَمْشُوا بِبَرِيءٍ إِلَى ذِي سُلْطَانٍ لِيَقْتُلَهُ وَلَا تَسْحَرُوا وَلَا تَأْكُلُوا الرِّبَا وَلَا تَقْذِفُوا مُحْصَنَةً وَلَا تُوَلُّوا الْفِرَارَ يَوْمَ الزَّحْفِ وَعَلَيْكُمْ خَاصَّةً الْيَهُودَ أَنْ لَا تَعْتَدُوا فِي السَّبْتِ قَالَ فَقَبَّلُوا يَدَهُ وَرِجْلَهُ فَقَالَا نَشْهَدُ أَنَّكَ نَبِيٌّ قَالَ فَمَا يَمْنَعُكُمْ أَنْ تَتَّبِعُونِي قَالُوا إِنَّ دَاوُدَ دَعَا رَبَّهُ أَنْ لَا يَزَالَ فِي ذُرِّيَّتِهِ نَبِيٌّ وَإِنَّا نَخَافُ إِنْ تَبِعْنَاكَ أَنْ تَقْتُلَنَا الْيَهُودُ.


وَفِي الْبَاب عَنْ يَزِيدَ بْنِ الْأَسْوَدِ وَابْنِ عُمَرَ وَكَعْبِ بْنِ مَالِكٍ قَالَ أَبُو عِيسَى هَذَا حَدِيثٌ حَسَنٌ صَحِيحٌ


Seorang Yahudi berkata kepada sahabatnya, "marilah kita berangkat bersama menemui NABI ini." dan sahabatnya menjawab, "Jangan katakan dia Nabi, sungguh apabila dia mendengar itu maka dia akan memiliki 4 mata (Bahasa Kiasan dari Senang)".

Lalu keduanya mendatangi RASULULLAH Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam dengan bertanya tentang 9 ayat bayyinat dan beliau bersabda kepada mereka :

Janganlah kalian menyekutukan ALLAH dengan sesuatu apapun, janganlah mencuri, jangan berzina, jangan membunuh jiwa yang diharamkan oleh ALLAH kecuali dengan benar, jangan menjelek-jelekkan orang yang tidak bersalah kepada penguasa hingga penguasa itu membunuhnya, jangan melakukan sihir, jangan memakan riba, jangan menuduh (zina) pada wanita-wanita suci, jangan lari dari medan perang dan kepada kalian khususnya wahai orang-orang Yahudi, janganlah kalian melampaui batas di hari sabtu.

Setelah itu mereka langsung bergegas mencium kedua tangan NABI beserta juga kaki beliau sembari mengatakan "Kami bersaksi bahwa engkau adalah NABI."

Kemudian NABI bertanya, "Lantas apa yang menghalangi kalian untuk tidak mengikutiku.?" dan mereka menjawab, "Sesungguhnya Nabi Daud berdo'a kepada Rabbnya agar senantiasa ada dari keturunannya seorang nabi dan sesungguhnya kami takut apabila kami mengikutimu orang-orang Yahudi akan membunuh kami."

Dan dalam bab ini, ada hadits dari Yazid Bin Al-Aswad, Ibnu Umar dan Ka'ab bin Malik berkata kemudian Anbu Isa berkata, Hadits ini Hasan Shahih.

[HR. Tirmidzi : No. 2657]


Berdasarkan kisah 2 di atas, maka SYAIKH SHALIH AL-UTSAIMIN mengatakan :


الحاصل : أن هذين الرجلين قبَّلا يدَ النبي صلى الله عليه وسلم ، ورِجْله ، فأقرهما على ذلك ، وفي هذا : جواز تقبيل اليد ، والرِّجْل ، للإنسان الكبير الشرَف والعلم ، كذلك تقبيل اليد ، والرِّجْل ، من الأب ، والأم ، وما أشبه ذلك ؛ لأن لهما حقّاً ، وهذا من التواضع


Jadi kesimpulanya : bahwa sesungguhnya kedua lelaki ini mencium tangan NABI Shalallahu 'Alaihi Wa Sallam beserta juga kakinya dan beliaupun membiarkannya.

Oleh sebab itu diperbolehkan mencium tangan dan kaki orang tua karna kemulian dan ilmunya.

Begitu juga mencium tangan dan kakinya Ayah, Ibu dan semisalnya, karena kedua orang tersebut berhak mendapatkan sikap seperti itu, dan hal ini termasuk bagian dari Sifat Tawadlu'

[Syarah Riyadhus Shalihin : Jilid 4, Halaman 451


.

Kemudian kisah yang sangat populer di kalangan ulama ahli hadits ketika Imam Muslim Rahimahullah ingin mencium kaki gurunya yakni Imam Al-Bukhari Rahimahullah.

Dari MUHAMMAD BIN HAMDUN, dia mengatakan :


ﺳﻤﻌﺖ ﻣﺴﻠﻢ ﺑﻦ ﺍﻟﺤﺠﺎﺝ ﻭﺟﺎﺀ ﺇﻟﻰ ﻣﺤﻤﺪ ﺑﻦ ﺇﺳﻤﺎﻋﻴﻞ ﺍﻟﺒﺨﺎﺭﻱ ﻓﻘﺒَّﻞ ﺑﻴﻦ ﻋﻴﻨﻴﻪ ، ﻭﻗﺎﻝ : ﺩﻋﻨﻲ ﺣﺘﻰ ﺃﻗﺒِّﻞ ﺭﺟﻠﻴﻚ ، ﻳﺎ ﺃﺳﺘﺎﺫ ﺍﻷﺳﺘﺎﺫﻳﻦ ، ﻭﺳﻴﺪ ﺍﻟﻤﺤﺪﺛﻴﻦ ، ﻭﻃﺒﻴﺐ ﺍﻟﺤﺪﻳﺚ ﻓﻲ ﻋﻠﻠﻪ


 

Saya mendengar Muslim Bin Al-Hajjaj (Imam Muslim) bertandang kepada Muhammad Bin Ismail Al-Bukhari (Imam Bukhari) dengan mencium keningnya dan dia berkata :

"Kemarikan untukku, biarlah aku mencium kedua kakimu Wahai Gurunya para Guru dan Tuannya Para Ahli Hadits beserta Dokternya Hadits dalam mengetahui illatnya."

[Imam Adz-Dzahabi dalam kitabnya Siyar A'lam An-Nubala' : Jilid 3/3334].

[Imam Ibnu Katsir dalam kitabnya Al-Bidayah Wa An-Nihayah : 11/13].


Lantas bolehkah selain tawadlu', lantas kita mencium tangan orang alim atau orang shalih dengan tujuan bertabarruk/mengambil berkah.!?


RASULULLAH Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam bersabda :


البركة مع أكابركم


 Keberkahan itu bersama orang-orang besar kalian.

[HR. Ibnu Hibban : No. 559, Al-Baihaqi dalam Syu'abul Iman : No. 11004, Al-Hakim : No. 210 dan dikatanya hadits ini Shahih sesuai syarat Al-Bukhari]


SAYYIDINA IBNU ABBAS Radhiallahu 'Anhu mengatakan :

Yang di maksud "AKAABIR" (Orang-Orang Besar) adalah AHLUL 'ILMI (Ulama).

[Jami'ul Ahaadits : No. 10505].


Dari ANAS BIN MALIK Radhiallahu 'Anhu, dia mengatakan :


وَإِذَا أَمَرَهُمْ ابْتَدَرُوا أَمْرَهُ، وَإِذَا تَوَضَّأَ كَادُو يَقْتَتِلُونَ عَلَى وَضُوئِهِ


Jika RASULULLAH memerintahkan sesuatu, para sahabat berkumpul untuk menjalankan perintahnya dan apabila beliau berwudhu, para sahabat hampir-hampir berperang (ingin) mendapatkan air sisa wudhu'nya.

[HR. Ahmad : No. 18166].


Dari ABU JUHAIFAH Radhiallahu 'Anhu, dia mengatakan :


خَرَجَ عَلَيْنَا رَسُولُ اللهِ بِالْهَاجِرَةِ فَأُتِيَ بِوَضُوءٍ فَتَوَضَّأَ فَجَعَلَ النَّاسُ يَأْخُذُونَ مِنْ فَضْلِ وَضَوئِهِ فَيَتَمَسَّحُونَ بِهِ.


RASULULLAH Shallallahu 'Aaihi Wa Sallam mendatangi kami saat hari panas terik, dan air wudhu' disiapkan untuk beliau.

Setelah selesai wudhu', maka mulailah manusia mengambil sisa wudhu' beliau dan mengusap-usapkanya (ke badan mereka).

[HR. Bukhari : 187 & Muslim : 1151]


Mari kita lihat komentar para ulama tentang hadits di atas.

IMAM AN-NAWAWI Rahimahullah berkata :


وفى هذا الحديث دليل على استحباب التبرك بآثار الصالحين وثيابهم


Dalam hadits ini bisa menjadi dalil bahwa ada hal yang disukai jika bertabarruk dengan bekas-bekas orang shalih dan pakaian mereka.

[Al-Minhaj Syarh Shahih Muslim : 14/44]


Beliau IMAM AN-NAWAWI Rahimahullah juga mengatakan :


ففيه التبرك بآثار الصالحين واستعمال فضل طهورهم وطعامهم وشرابهم ولباسهم


Pada hadits ini adanya bukti tentang bertabarruk dengan sisa-sisa orang shalih dan memanfaatkan sisa air bersuci mereka, makanan, minuman, dan pakaian mereka.

[Al-Minhaj Syarh Shahih Muslim : 4/219]


IMAM AS-SUYUTHI Rahimahullah mengatakan :


وهذا الحديث أصل في التبرك باثار الصالحين ولباسهم


Hadits ini merupakan dasar tentang bertabarruk dengan bekas-bekas orang shalih dan pakaian mereka.

[Hasyiyah Ibnu Majah : Halaman 105].


IMAM ABDRUDDIN AL-'AINI Rahimahullah mengatakan :


فيه الدلالة على جواز التبرك بآثار الصالحين


Pada hadits ini merupakan dalil bolehnya bertabarruk dengan bekas-bekas orang-orang shalih.

[‘Umdatul Qari : 4/386].


IMAM ABUL HASAN AS-SINDI Rahimahullah mengatakan :


وفيه من التبرك بآثار الصالحين مالا


Pada hadits ini merupakan bukti adanya tabarruk kepada bekas-bekas harta orang shalih.

[Hasyiyah As-Sindi 'Alan Nasa'i : 2/38]


Yang terakhir adalah kisah tentang IMAM ASY-SYAFI'I Rahimahullah yang bertabarruk dengan gamis daripada muridnya IMAM AHMAD BIN HANBAL Rahimahullah

IMAM IBNU 'ASAKIR Rahimahullah menuliskan kisah berikut ini :


قال الربيع: إن الشافعي خرج إلى مصر وأنا معه فقال لي يا ربيع خذ كتابي هذا، فامض به وسلمه إلى أبي عبدالله أحمد بن حنبل، وائتني بالجواب.

فدخلت بغداد ومعي الكتاب، فلقيت أحمد بن حنبل صلاة الصبح، فصلّيت معه الفجر، فلما انفتل من المحراب سلّمت إليه الكتاب، وقلت له: هذا كتاب أخيك الشافعي من مصر، فقال أحمد: نظرت فيه قلت: لا، فكسر أبو عبدالله الختم وقرأ الكتاب، وتغرغرت عيناه بالدموع، فقلت: إيش فيه يا أبا عبدالله قال: يذكر أنه رأى النبي (صلى الله عليه وسلم) في النوم، فقال له: اكتب إلى أبي عبدالله أحمد بن حنبل، واقرأ عليه مني السلام، وقل: إنك ستُمتحن وتدعى إلى خلق القرآن فلا تجبهم، فسيرفع الله لك علماً إلى يوم القيامة. قال الربيع: فقلت: البشارة، فخلع أحد قميصيه الذي يلي جلده ودفعهُ إليّ، فأخذته وخرجت إلى مصر، وأخذت جواب الكتاب فسلّمته إلى الشافعي، فقال لي الشافعي: يا ربيع إيش الذي دفع إليك قلت: القميص الذي يلي جلده، قال الشافعي: ليس نفجعك به، ولكن بُلّه وادفع إليّ الماء لأتبرك به


Rabi’ berkata :

Ketika Imam Asy-Syafi'i pergi ke mesir bersamaku, lalu dia berkata kepadaku, "Wahai Rabi’, ambil surat ini dan serahkan kepada Abu Abdillah Ahmad Bin Hanbal (Imam Ahmad) dan setelah itu datanglah kepadaku dengan membawa jawabannya."

Ketika aku memasuki Baghdad dengan membawa surat itu, lalu aku melihat Imam Ahmad sedang shalat shubuh, maka aku pun ikut shalat di belakang beliau.

Setelah beliau hendak beranjak dari mihrab, aku serahkan surat itu, "Ini surat dari saudaramu Imam Syafi'i di Mesir," Kataku., "Apa kau telah melihat isi surat ini.?” tanya Imam Ahmad. 

Aku jawab : "Tidak."

Lalu beliau membuka dan membaca isi surat itu dan sejenak kemudian, kulihat beliau berlinang air mata.

"Apa isi surat itu wahai Abu Abdillah.?" tanyaku. "Isinya menceritakan bahwa Imam Asy-Syafi'i bermimpi bertemu RASULULAH Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam dan beliau bersabda : "Tulislah surat kepada Ahmad Bin Hanbal dan sampaikan salamku kepadanya beserta kabarkan padanya bahwa dia akan mendapatkan ujian untuk dipaksa mengakui bahwa Al-Qur'an adalah mahluk, maka janganlah turuti mereka, ALLAH akan meninggikan ilmu bagimu hingga hari kiamat."

Aku katakan bahwa "Ini adalah kabar gembira." Lalu beliau (Imam Ahmad) melepaskan gamis yang melekat di kulitnya, dia memberikan kepadaku dan aku mengambilnya lalu membawanya ke mesir beserta jawaban suratnya.

Aku menyerahkannya kepada Imam Asy-Syafi'i. dan beliau bertanya, "Wahai Rabi', apa yang diberikan Ahmad padamu.?"

Aku menjawab, "Gamis yang melekat dengan kulit beliau."

Lalu Imam Asy-Syafi'i berkata, "Aku tidak akan merisaukanmu, tapi basahi gamis itu dengan air, lalu berikan kepadaku air itu, aku ingin Ber-Tabarruk dengannya."

[Mukhtashar Tarikh Damasyq : 1/400]


EmoticonEmoticon