Friday, August 24, 2018

Perbedaan Pendapat Para Ulama Tentang Hal Yang Membatalkan Wudlu

"yang membuka artikel ini dengan Hp harap di buka dengan landscape agar tabel tak terpotong"

Berikut merupakan Perbedaan Pendapat Para Ulama 4 Madzhab Tentang Hal Yang Membatalkan Wudlu.



Imam Syafi’i
1
Batal wudlu disebabkan keluarnya sesuatu dari qubul dan dubur kecuali mani
2
Batal wudlu’ disebabkan tidur, kecuali dalam keadaan duduk yg menetapi tempat
duduknya
3
Bertemunya kulit laki-laki dan perempuan yg sama-sama dewasa dan bukan
muhrim tanpa penghalang
4
Menyentuh kemaluan tanpa penghalang dengan telapak tangan atau jari
Imam Maliki
1
Batal wudlu disebabkan karna keluarnya kencing dan kotoran kalau keluar selain
dua tersebut maka tidak batal
2
Dilihat bagaimana tidurnya. Kalau tidur nyenyak (tidak sadar akan hal yg ada
disekitarnya) maka batal.
3
Bertemunya kulit laki-laki dan perempuan dengan ketentuan berikut: yaitu
disengaja dan dengan syahwat
4
Menyentuh kemaluan seperti pendapatnya Imam Syafi’i
Imam Hambali
1
Seperti Imam Syafi’i, dan ada tambahan yaitu juga batal wudlu disebabkan
keluarnya darah dari tubuh dan juga apabila muntah dalam jumlah banyak
2
Tidur duduk atau berdiri tidak membatalkan wudlu’ selain dengan kondisi
tersebut maka membatalkan wudlu’
3
Bertemunya kulit laki-laki dan perempuan apabila sengaja dan dengan syahwat
(sama seperti pendapat Imam Maliki)
4
Batal wudlu sebab menyentuh kemaluan (sama seperti pendapat Imam Syafi’i)
5
Batal wudlu’ sebab makan daging unta
Imam Hanafi
1
(seperti pendapat Imam Syafi’i), dan juga membatalkan wudlu’ disebabkan
keluarnya darah dari tubuh dengan syarat darah tersebut mengalir dan juga
batal wudlu’ sebab  muntah yang banyak
2
Tidak batal wudlu’ apabila tidur dalam posisi yang mana posisi tersebut salah
satu posisi sholat (seperti tidur dalam keadaan berdiri, duduk atau sujud) selain
posisi sholat maka batal
3
Menyentuh kulit lawan jenis tidak batal kecuali berhubungan badan
4
Tidak membatalkan wudlu’ menyentuh kemaluan tanpa penghalang

رموز نواقض الوضوء عند الأئمة


ينقض الوضوء بخروج الشيئ من السبيلين الا المني نفسه
١
الشافعي
ينقض الوضوء بالنوم الا نوم قاعد ممكنا مقعده
٢
إلتقاء بشرتي رجل وامرأة كبيرين اجنبيين من غير حائل لغير محرم
٣
مس الذكر بدون حائل ببطن الكف او رؤوس الأصابع
٤
ينقض الوضوء لو خرج من السبيلين خالصا من البول و العذرة اما غيرها فلا ﴿كخروج الدام مثلا﴾  
١
المالكي
وهو ناظر الى صفة النوم ۞ ينقض الوضوء ان كان ثقيلا ﴿وهو الذي لايحس صاحبه بما فعل بحضرته﴾ وان كان خفيفا فلا
٢
إلتقاء بشرتي رجل وامرأة بقيد بالقصد والشهوة
٣
مس الذكر وعنده كالشافعي
٤
﴿كالشافعي﴾ وينقض ايضا الدام الخارج من البدن قليلا او كثيرا اما القيء بشرط كثيرة
١
الحنبلى
اذا نام قاعدا او قائما لم ينقض الوضوء والا نقض
٢
إلتقاء بشرتي رجل وامرأة بقيد بالقصد والشهوة ﴿كالمالكي﴾
٣
ينقض الوضوء مس الذكر ﴿كالشافعي﴾
٤
ينقض الوضوء أكل لحوم الإبل
٥
﴿كالشافعي﴾ وينقض الوضوء ايضا بخروج الدم من البدن بشرط سيلان الدم وكذا بشرط يملأ الفم من القيء والقلس
١
الحنفي
لا ينقض الوضوء ان نام على حالة من الاحوال الصلاة ﴿كأن نام قائما او قاعدا او ساجدا﴾ والا فلا
٢
إلتقاء بشرتي رجل وامرأة لا ينقض الوضوء الا بجماع
٣
ولا ينقض الوضوء بمس الذكر بلا حائل
٤


Lantas apakah kalau kita menyentuh istri dapat membatalkan wudlu??




Kalau kita yang mayoritas di Indonesia mengikuti madzhab Imam Syafi'i maka menyentuh istri (tanpa penghalang) maka dapat membatalkan wudlu'. 



Kenapa demikian?



karena istri merupakan wanita yang bukan mahram bagi kita. Mahram adalah orang yang haram kita nikahi. Meskipun status istri sudah halal sebab pernikahan bagi kita tapi istri tetaplah wanita yang bukan mahram. Berbeda dengan status mertua, sebab kita menikahi anaknya maka mertua otomatis menjadi mahram kita dan menyentuhnya tidak menyebabkan batalnya wudlu.



Akan tetapi menurut Imam yang lain menyentuh istri belum tentu membatalkan wudlu. cuma perlu diingat apabila kita ingin mengikuti Pendapat Imam yang tidak membatalkan wudlu ketika menyentuh istri kita juga harus ikuti fardlu wudlunya Imam tersebut.
Contoh:
Kita ingin mengikuti pendapat Imam Malik yang mengatakan tidak membatalkan wudlu menyentuh wanita dengan syarat tidak sengaja dan tidak dengan syahwat. maka kita juga wajib mengusap kepala dengan sempurna ketika berwudlu yang mana mengusap kepala dengan sempurna dalam pandangan Imam Malik adalah wajid sedangkan menurut Imam Syafi'i adalah sunnah.

Untuk lebih jelasnya bisa dilihat Perbedaan Pendapat Para Ulama Tentang Fardlu Wudlu